Materi Khutbah Jum'at Singkat Terbaru 2016
Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi'un Li Ghairihi)
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه،
ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا،
مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di
masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid
yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun
menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih.
Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun
segera menawarkan bantuan.
”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.
"Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut.
”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh
berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan
saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama
sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalamAs-Silsilah As-Shahihah.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Sebagaimana Abu Hurairah, seorang Muslim seharusnya juga memiliki
keterpanggilan untuk menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat
memberi manfaat kepada sesama, memiliki karakter Nafi’un li ghairihi.
Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi
orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan
problem orang lain. Bahkan manusia terbaik adalah orang yang paling
bermanfaat bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR.
Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah
As-Shahihah)
Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah
kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat
ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah memberikan manfaat kepada orang
lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li ghairihi.
Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini sebagai
salah satu karakter, sifat, muwashafat, yang harus ada pada diri seorang
Muslim.
Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia
memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Seorang
Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan manfaat
kepada orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian
manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud
dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan
kepada sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ
صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ ، يَعْدِلُ بَيْنَ
الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ ،
فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ،
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى
الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)
Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, nafi'un li ghairihi. Seorang Muslim yang menjadi pedagang atau pebisnis, orientasinya bukanlah sekedar meraup untung sebesar-besarnya, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu customernya, ia bahkan memberikan yang terbaik kepada mereka, dan pada saat dibutuhkan menjadi konsultan serta memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik.
Seorang Muslim yang menjadi guru, orientasinya bukanlah sekedar mengajar
lalu setiap bulan mendapatkan gaji, tetapi orientasinya adalah
bagaimana ia memberikan manfaat terbaik kepada peserta didiknya, ia
mengasihi mereka seperti mengasihi putranya sendiri, dan ia selalu
memikirkan bagaimana cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingg
peserta didiknya lebih cerdas, lebih kompeten dan berkarakter.
Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia
memberikan pelayanan terbaik kepada pasiennya, ia sangat berharap
kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan yang terbaik bagi kesembuhan
dan kesehatan mereka.
Jama'ah Sholat jum'at yang dirahmati Allah,
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan
menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang,
tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita
memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang
menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain,
Allah akan menolong kita.
Allah SWT berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7)
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih)
Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan
sekedar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat
kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia,
tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai
kesulitan2 dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat.
Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan
Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)
Sidang jum'at yang dirahmati Allah,
Dengan apa kita memberikan manfaat kepada orang lain? Dalam bentuk apa
nafi'un li ghairihi kita wujudkan? Sesungguhnya setiap manusia memiliki
banyak potensi untuk itu.
Pertama, dengan ilmu. Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita,
kita bagikan kepada orang lain. Kita mengajari orang lain, melatih orang
lain, dan memberdayakan mereka. Ilmu ini tidak terbatas pada ilmu
agama, tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan, keterampilan
hidup, serta keahlian dan profesi.
Kedua, dengan harta. Kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah
untuk membantu sesama. Yang wajib tentu saja adalah dengan zakat ketika
harta itu telah mencapai nishab dan haulnya. Setelah zakat ada infaq dan
sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas.
Ketiga, dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan
orang lain, membantu mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan
urusan mereka, dan sebagainya.
Keempat, dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang menenangkan dan mengajak kepada kebaikan.
Kelima, dengan sikap kita. Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita
kepada sesama, serta senyum kita di hadapan orang lain. Sederhana,
mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan kemanfaatan kepada orang
lain.
Kelima hal nafi'un li ghairihi itu, jika kita lakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya (QS. Al Zalzalah:7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar